Bulan suci ramadan menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu umat muslim. Selain berusaha untuk memperbanyak amalan ibadah dan beramal baik, menjaga asupan makan di kala puasa perlu diperhatikan. Realitanya, menjaga tubuh tetap bugar saat puasa tentu tidak mudah, terlebih bagi Anda yang tidak terbiasa berpuasa.Tetap bugar di saat menjalani puasa dan menjadi lebih sehat itu mudah dilakukan, semuanya tergantung dari niat. Di saat Anda memiliki niatan positif maka hasilnya juga akan positif. Berikut tips sederhana menjaga kesehatan tubuh saat Anda berpuasa: Perbanyak Makanan Berserat dan Air Putih Ahli kesehatan mengatakan memperbanyak asupan makanan yang mengandung serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan akan membuat kenyang lebih lama. Sebab, kandungan serat di dalam buah dan sayur akan membantu penyerapan karbohidrat secara bertahap pada tubuh sehingga efek kenyang lebih lama dan hasilnya, energi Anda tidak mudah berkurang. Selingi dengan Olahraga Ringan Puasa tidak menjadi alasan untuk tidak berolahraga. Aktivitas fisik tetap lah dibutuhkan agar badan Anda tetap fit dan segar. Tidak harus olahraga berat, olahraga yang ringan pun sudah cukup ketika berpuasa. Selalu Sempatkan untuk Tidur Siang Ketika melakukan aktivitas seperti biasa tapi sedang dalam keadaan berpuasa tentu saja tubuh akan lebih cepat lemas. Untuk itu tidak ada salahnya menggunakan waktu istirahat Anda dengan tidur siang setidaknya selama 30 menit. Tidur siang baik untuk mengembalikan energi agar bisa kembali lagi beraktivitas. Tidak Berlebihan saat Berbuka Jangan lapar mata ketika akan membeli makanan untuk berbuka puasa. Karena ketika berbuka puasa nanti biasanya hanya dengan meminum air putih saja sudah merasa kenyang. Tentu saja semua makanan yang sudah dibeli akan sulit untuk dihabiskan dan akhirnya dibuang. Memakan Makanan Berat setelah Salat Tarawih Jika Anda langsung memakan makanan yang banyak mengandung banyak karbohidrat dan lemak saat berbuka puasa, hal itu akan membuat Anda lemas dan mengantuk. Hal ini selain tidak baik untuk kesehatan karena berpotensi menyebabkan sakit perut, tentu saja akan membuat berat badan Anda cepat naik dan melewatkan ibadah penting.
Yuk Simak Tips Untuk Mendampingi Anak Belajar di Rumah Selama Sekolah offline
Sekolah sudah mengumumkan untuk “merumahkan” murid-muridnya sebagai bentuk social distancing untuk memperlambat penyebaran virus corona atau COVID-19. Anak-anak mungkin senang karena mereka tak perlu berangkat ke sekolah. Akan tetapi, ini bukan waktu untuk bersantai-santai. Karena, ini tentu saja bukan liburan. Secara psikologis, anak mungkin punya keinginan untuk bersantai-santai di rumah. Bila ditambah lagi dengan orang tua yang juga bekerja di rumah, anak-anak barangkali akan membayangkannya sebagai sebuah hari-hari liburan yang sempurna. Berikut tips mendampingi anak belajar di rumah agar optimal: Pakai Kata-kata yang Tepat Ketika orang tua mendapatkan pengumuman bahwa sekolah ditutup, maka Anda perlu berhati-hati dalam meneruskan pesan tersebut pada anak. Alih-alih mengatakan, “Sekolahmu libur selama 2 minggu,” sebaiknya sampaikan, “Semua murid harus belajar di rumah selama 2 minggu.” Tumbuhkan Suasana Produktif Agstried Elisabeth Piether, psikolog pendidikan sekaligus co-founder Rumah Dandelion mengatakan bahwa saat ini mungkin suasananya memang seperti liburan. Terang saja, semua anggota keluarga ada di rumah. Oleh karenanya, Agstried menyebut bahwa tugas pertama orang tua adalah menyesuaikan situasi yang ada di rumah. Buat Jadwal Agstried berpesan agar anak-anak tetap harus menaati jadwal yang sudah ada di rumah sebelumnya, seperti jadwal bangun tidur, mandi, dan sarapan. “Usahakan perubahannya seminim mungkin,” ujar Agstried. Jadi, jadwal ketika anak-anak sekolah normal bisa dijadikan sebagai jadwal belajarnya. Keteraturan adalah kunci agar anak tetap tertib. Fleksibel Walaupun sudah membuat jadwal, orang tua juga perlu punya fleksibilitas. “Lihat situasi. Kalau memang anaknya sedang butuh bergerak, maka jangan metode paper and pencil yang dipakai,” pesannya
Ingin Membantu Anak Mengalihkan Rasa Lapar Saat Puasa? Yuk Simak Tips Berikut
Momen bulan ramadhan sering jadi ajang belajar berpuasa bagi anak-anak, terutama bagi anak yang masih berusia 5 tahun. Melepas usia balita, seperti pertanda anak sudah mulai belajar ikut berpuasa. Tantangannya adalah ketika mereka mengeluhkan lapar. Supaya mereka tidak ingat terus akan rasa laparnya, lebih baik alihkan dengan beberapa kegiatan. Karena bisa jadi anak-anak hanya mengucapkan kata lapar karena sedang bosan. Berikut beberapa cara membantu anak mengalihkan rasa lapar saat puasa: Memberikan Kegiatan seru Beberapa contohnya antara lain berkebun, main pasir, main bola, atau malah melukis atau mengerjakan lembar kegiatan. Dari sana, bisa ditulis dengan konsep menarik dan dipajang di kulkas. Saat ia mengeluhkan lapar, ajak si Kecil untuk memilih kegiatan yang ingin dikerjakannya. Berikan Screen Time Dengan Waktu Terbatas Saat ia sudah malas-malasan dan enggan melakukan apapun, Mama boleh memberikan senjata pamungkas, yaitu screen time. Anak-anak akan langsung semangat jika diperbolehkan menonton TV atau memegang gadget. Ajak TidurSiang Satu lagi cara paling ampuh membuat anak mengalihkan rasa laparnya saat puasa adalah dengan mengajaknya tidur siang. Ini juga bisa membantunya menyimpan tenaga agar kuat puasa sampai sore.
Agar Belajar Anak Menjadi Lebih Seru Yuk Simak 3 Aktivitas Ini
Bulan Ramadan merupakan momen bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Bagi yang sudah akil balig, mereka cenderung paham arti dari puasa ini, sedangkan bagi si kecil, mereka hanya mencontoh apa yang dilakukan oleh lingkungannya.Sebenarnya, puasa bukanlah hal yang wajib untuk anak yang belum mengalami pubertas atau akil balig. Tapi, orang tua sudah harus mengajarkannya sejak dini agar mereka terbiasa. Dikarenakan anak yang di bawah umur masih dalam proses belajar, mereka diajarkan berpuasa secara bertahap, mulai dari memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan berpuasa, sampai memberikan contoh. berikut ini ada 3 aktivitas yang bisa dijadikan media belajar bersama anak saat berpuasa: Manfaatkan aplikasi e-learning Anda bisa menggunakan platform kahoot! untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Pembelajaran berbasis game ini bisa digunakan untuk berbagai macam tingkatan pendidikan. Pengguna bisa membuat dan menjawab berbagai kuis pilihan ganda. Platform ini sangat edukatif dan cocok digunakan agar anak tidak bosan dalam proses belajar.Anda juga bisa menggunakan video belajar di ruangbelajar yang disampaikan melalui animasi menarik, sehingga memudahkan anak memahami materi. Membuat kartu ucapan bertema Ramadan Anda bisa menyalurkan kehangatan melalui kartu ucapan kepada keluarga. Ajak anak untuk berkreasi membuat tulisan di atas kertas, lalu Anda bisa menyiapkan beberapa hiasan untuk ditempelkan pada kartu ucapan tersebut. Kegiatan ini bisa menstimulasi otak kanan anak agar lebih kreatif. Selain itu, dengan membuat kartu ucapan, Anda dapat mengajarkan anak untuk belajar merangkai kata. Menyiapkan menu buka puasa bersama Anak-anak merasa senang jika dilibatkan dalam suatu kegiatan. Salah satunya dengan mengajak anak ke dapur untuk menyiapkan menu buka puasa. Dalam menyiapkan menu, Anda bisa memilih menu makanan yang tepat agar anak mudah mengolahnya dan tidak membuat Anda kerepotan.Pada kegiatan ini, anak bisa belajar bereksperimen menggunakan bahan yang disediakan. Misalnya ketika anak membuat puding, mereka menggabungkan dua zat yang berbeda, yaitu bubuk puding dan air.
Berikut Tips Mempersiapkan kelulusan anak bagi orang tua
Kelulusan dan kenaikan kelas merupakan momen yang paling dinanti oleh anak maupun orang tua. Setiap orang tua pasti berharap agar anak bisa lulus atau naik kelas dengan nilai yang maksimal. Tapi, apakah Bapak/Ibu tahu, orang tua juga bisa ikut berperan langsung dalam mempersiapkan kelulusan atau kenaikan kelas anak. Berikut tips yang bisa Bapak/Ibu lakukan untuk mempersiapkan kelulusan atau kenaikan kelas: Persiapkan Diri Anak dengan Baik Agar anak dapat lulus/naik kelas dengan hasil yang maksimal, diperlukan persiapan yang matang. Anda bisa mulai dengan memperhatikan perkembangan belajar dan mengatur kegiatan sehari-hari anak di rumah. Jika Anda merasa bingung untuk membagi waktu antara bekerja dan menemani anak belajar di rumah, buatlah jadwal belajar harian anak, agar dapat disesuaikan dengan waktu Anda bekerja. Bangun Kepercayaan Diri pada Anak Ekspektasi orang tua yang tinggi terhadap anak sering membuat kepercayaan diri anak menurun. Anak akan merasa terbebani dan takut jika hasil yang ia peroleh nanti tidak sesuai dengan harapan orang tua. Berikan Waktu Istirahat yang Cukup untuk Anak Belajar untuk persiapan kelulusan/kenaikan kelas memang menjadi hal prioritas yang harus dilakukan anak. Namun, hal ini jangan membuat Anda jadi mengurangi waktu bermain dan istirahat anak, ya. Perlu diketahui, terlalu banyak belajar akan membuat anak Anda menjadi stress, badan menjadi lelah, dan sulit untuk berkonsentrasi. Akibatnya, hanya sedikit ilmu yang bisa ia serap. Bantu Kelola Emosi Anak Agar Tidak Stress Persiapan untuk menghadapi kelulusan/kenaikan kelas dapat memicu anak menjadi stress. Orang tua harus bisa lebih mengerti kondisi anak dengan membaca bahasa tubuhnya, seperti ekspresi wajah, pandangan mata, suara, serta postur dan gerakan tubuh.
Anak Banyak PR Saat Belajar di Rumah? Berikut Tips Mendampinginya
Pandemi COVID-19 membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah harus dilakukan di rumah. Tentunya hal ini bagi sebagian orang tua akan merasa kaget dan sedikit kerepotan. Terlebih orang tua yang sehari-hari bekerja kantoran. Belum usai permasalahan tentang cara mengawasi anak benar atau tidak belajar secara mandiri, kini timbul permasalahan baru yakni banyaknya tugas atau PR yang diberikan oleh guru. Berikut ada 3 tips yang bisa anda terapkan: Cek PR berdasarkan tenggat waktu pengumpulan Kebijakan belajar di rumah yang ditetapkan pemerintah selama pandemi COVID-19 tentu punya dampak yang pastinya bisa sangat dirasakan oleh orang tua. Seketika, orang tua berubah peran menjadi guru yang biasanya dipegang oleh guru-guru sekolahnya. Menjawab pertanyaan yang muncul dari benak anak, hingga memastikan PR harus selesai dikerjakan. Bangun diskusi pada anak terkait PR yang diberikan Banyaknya PR yang harus dikerjakan anak, tidak jarang membuat anak stres dan tertekan. Bisa saja mereka meluapkan rasa tertekan itu dengan keluar bermain tanpa seizin orang tua. Maka, untuk itu diperlukan sebuah diskusi kepada anak. Orang tua harus proaktif untuk menanyakan perkembangan PR yang diberikan oleh guru. Komunikasikan dengan guru Poin ketiga ini kadang dilupakan oleh sebagian orang tua. Iya, menjalin komunikasi dengan guru. Di era teknologi digital sekarang ini, rasanya tidak sulit untuk menghubungi guru yang menjadi orang tua anak di sekolah. Sebagai orang tua, berkomunikasi dengan guru bisa menjadi salah satu cara untuk memantau PR si anak.
Ingin Melatih Kemandirian Sikecil Sejak Dini? Simak Tips Berikut Ini
kemandirian merupakan karakter yang perlu dimiliki oleh setiap orang, apalagi menghadapi tantangan masa depan yang kian kompleks. Mereka yang mandiri, tentu akan lebih percaya diri dan mampu membuat keputusan. Bukankah kehidupan akan membutuhkan banyak pengambilan keputusan?. Namun demikian, kemandirian tentu tidak tumbuh dengan sendirinya, perlu adanya stimulasi dari lingkungan, khususnya orang tua. Moms & Dads, Si Kecil sebenarnya sudah mulai dapat dilatih kemandirian sejak usianya 18 bulan ketika ia mulai memasuki tahap perkembangan psikososial Autonomy versus Shame and Doubt. Pada masa ini, biasanya anak berkeinginan untuk melakukan berbagai aktivitas rawat dirinya sendiri, seperti makan sendiri, mandi sendiri, dan sebagainya. Meski kerap “berantakan” dan tidak sesuai harapan orang tua, sebenarnya mereka sedang mengambangkan kemandirian (autonomy) dalam dirinya. Simak tips berikut ini: Melatih kemandirian sebenarnya cukup memanfaatkan aktivitas keseharian yang biasa dijalani Si Kecil. Moms & Dads dapat mulai memberikan kesempatan pada Si Kecil untuk melakukan hal-hal yang hendak ia lakukan sendiri. Berikan apresiasi atas keberhasilan yang mereka capai sekecil apapun. Dengan begitu, mereka dapat terdorong untuk terus mencoba. Namun demikian, bukan berarti Moms & Dads harus menuntut anak melakukan hal-hal yang melebihi usia dan kemampuannya, ya. Berikan kesempatan untuk Si Kecil mengambil keputusan sendiri pada hal-hal sederhana yang dijumpai dalam hidupnya, seperti menentukan porsi makanannya sendiri, memilih pakaian yang hendak dipakainya, dan sebagainya. Kemampuan ini akan memudahkannya kelak untuk mengambil keputusan besar dalam hidupnya di kemudian hari, seperti memutuskan jurusan pendidikan yang akan digeluti, profesi yang akan ditekuni
Berikut Cara Mudah Mendidik Anak Berbicara Jujur
Sebagai orangtua, Moms tentu ingin buah hati Moms tumbuh jadi anak yang penuh kejujuran. Mengapa Perlu Mendidik Anak Bicara Jujur? Kadang orangtua lupa bahwa kejujuran merupakan suatu skill atau kemampuan yang harus terus diasah. Ya, kejujuran itu bukan kualitas yang secara otomatis dimiliki seorang anak tanpa dididik sejak kecil.Dengan menanamkan kejujuran, anak pun terlatih untuk memegang prinsip yang benar meskipun ia sedang menghadapi situasi yang sulit. Anak jadi lebih mampu menghindari godaan yang tidak jujur misalnya mencontek saat ujian, mengambil barang adiknya tanpa bilang, atau menyembunyikan nilai jelek dari Moms. Ketika ia beranjak dewasa pun nilai kejujuran akan selalu dijunjung tinggi oleh anak. Ia tak akan mudah berbohong demi kepentingannya sendiri dan akan dijauhi dari korupsi atau berbuat curang. Berikut Tips Agar Anak Mau Bicara Jujur: Orangtua Adalah Panutan Utama Mengenai Kejujuran Inilah prinsip mendidik anak bicara jujur yang terpenting. Selama Moms dan pasangan selalu bicara jujur, anak akan meneladani sikap tersebut. Maka, hindari berbohong atau berbuat curang di depan anak. Misalnya ketika Moms menerima telepon di depan anak, Moms bilang kalau Moms sedang berada di luar kota padahal tidak. Anak pun jadi melihat kalau berbohong itu sah-sah saja. Fokus Pada Kejujuran Anak, Bukan Pada Hukuman Bila Anak Bersalah Anak cenderung berbohong karena takut dengan hukuman atau tuduhan yang diberikan orangtua. Jadi, bila Moms mendapati anak melakukan kesalahan, jangan langsung membentak atau memarahi anak terlalu keras. Sebagai contoh, anak tak sengaja memecahkan piring di rumah. Karena takut dihukum, anak pun menuduh adiknya yang memecahkan piring. Inilah mengapa Moms sebaiknya fokus pada rasa tanggung jawab dan kejujuran, bukan pada hukumannya. Menceritakan Kisah atau Dongeng Soal Kejujuran Salah satu cara untuk mendidik anak bicara jujur adalah memperkenalkan anak dengan berbagai cerita soal kejujuran. Perbanyak buku bacaan atau tontonan anak yang mengutamakan tema kejujuran. Usahakan untuk membaca atau menontonnya bersama-sama sehingga sembari menyimak kisahnya, Moms bisa berkomentar seperti, “Itu yang akan terjadi kalau kamu tidak jujur,” atau, “Moms sangat kagum dengan tokoh itu, dia begitu jujur dan berani! Kalau menurutmu bagaimana?”.
Cara Tepat Memperkenalkan Campuran Warna pada Anak
Sejak dini anak bisa mulai diajarkan tentang berbagai hal seperti huruf dan angka. Selainitu, taka da salahnya Bunda juga mulai memperkenalkan tentang campuran warna. Ini bisa jadi topik yang menyenangkan lho, sebab di sekitar ada banyak benda yang dapat menunjukkan aneka ragam warna itu sendiri. Sejak usia 3 tahun anak mulai bisa diperkenalkan lebih detail tentang warna. Termasuk mulai mengenali berbagai campuran warna. Bunda dapat mengenalkan tentang campuran warna dengan bermain menggunakan clay. Sediakan clay berwarna putih dan beberapa pewarna makanan. Lakukan eksperimen campuran warna sambil belajar.Selain belajar mengenal campuran warna, anak juga bisa melatih seni kreativitasnya. Penelitian mengungkapkan bahwa seni membantu proses berpikir anak lho, Bunda. Ya, ini juga menjadi alasan mengapa melukis, menggambar, dan kerajinan tangan menjadi salah satu bagian dari kurikulum prasekolah. Seni dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran. Anak-anak yang belajar seni rata-rata mampu menyimpan informasi lebih lama. Nah, secara khusus belajar tentang campuran warna juga memiliki manfaat lain bagi anak, di antaranya: Melatih pola berpikir dengan mengamati, memprediksi dan membandingkan, dan bereksperimen. Misalnya, ‘apa yang akan terjadi jika kita mencampur ketiga warna primer bersama-sama?’ atau ‘seberapa banyak kuning yang perlu ditambahkan untuk menciptakan warna hijau?’. Melatih keterampilan pemecahan masalah, termasuk mencari tahu apa yang harus dilakukan jika warna yang dicampur tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Memahami Asah, Asih, Asuh untuk Tumbuh Kembang Anak. Moms wajib tahu!
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah momen yang nggak boleh dilewatkan bagi orang tua. Hal ini karena setiap tahap tumbuh kembang tersebut terjadi berurutan dan nggak bisa diulang. Proses ini menjadi sangat penting di masa golden age atau usia emas, yaitu 0 – 5 tahun. Di usia balita ini, anak punya kebutuhan dasar untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan emosi yang harus Moms dan Dads penuhi. Kebutuhan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak bisa digolongkan menjadi 3 hal, yakni ‘asah, asih dan asuh’. Asuh Kebutuhan yang menyangkut papan, sandang, dan pangan yang layak untuk tumbuh kembang anak. Kebutuhan pengasuhan ini merupakan kebutuhan pokok yang paling dasar yang harus dipenuhi oleh Moms dan Dads. Tempat tinggal, pakaian nutrisi atau gizi dan fasilitas kesehatan. Misalnya imunisasi dan akses layanan kesehatan ketika anak sakit. Di masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi anak juga sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan kemampuan fisiknya. Misalnya, pemenuhan nutrisi sejak dalam kandungan, menyediakan makanan bergizi seimbang, memberikan susu dan kebutuhan lain yang mampu mendukung tumbuh kembang anak secara fisik. Asih Kebutuhan emosional yang meliputi kasih sayang, kepercayaan, dan bimbingan Moms dan Dads dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Memberikan rasa aman atau emotional security dengan kontak fisik dan psikis akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Hal ini juga sama pentingnya dengan kebutuhan kasih sayang, perhatian, rasa dihargai. Asah Kebutuhan stimulasi, menyangkut rangsangan sensorik, motorik, emosi-sosial, bahasa, kognitif, kreativitas dan spiritual. Dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal pada anak, terutama balita, Moms perlu mengasah gerak kasar, gerak halus, dan kemampuan bahasa anak sejak dini.. Nah, ternyata penerapan asah, asih, asuh ini penting banget ya Moms untuk tumbuh kembang anak. Apalagi 3 hal ini adalah kebutuhan paling dasar yang sangat dibutuhkan anak supaya tumbuh kembak fisik dan mental anak lebih optimal. Semangat mengasah, mengasihi, dan mengasuh ya Moms dan Dads!